Lencana Facebook

Tuesday, July 08, 2008

Menunggu Garudaku Terbang


Jakarta, Jumat, 4 Juli 2007

Hari ini aktivitasku di kantor pusat selesai. Pertemuan-pertemuan awal untuk persiapan proses due diligence dengan Mitsubishi Corporation sejak tanggal 2 Juli 2008 sudah selesai. Hari ini aku ketemu dengan Lucia dari Mitsubishi karena Furumi san dan Donny san yang biasanya ketemu ada acara lain. Dengan Lucia hanya konfirmasi angka-angka. Bukan pertemuan yang berat bukan?

Sekitar jam 2.30 aku pamitan dengan teman-teman dan langsung menuju pangkalan bus damri di blok M. Biasa .... ini salah satu cara agar uang sisa traveling bisa buat yang lain. Cara lain? Makan-makan saja dengan bos. Makan siang oke, makan malam boleh, makan pagi? Akh, ini bisa pake kupon di hotel.

Biasanya dipangkalan bus damri itu akan ada yang menawarkan taxi atau plat hitam dengan harga/argo miring, sepertiga atau setengah dari harga naik taxi. Kira-kira begini, kalo naik taxi argo resmi dari blok M, kita bisa mengeluarkan uang sebesar Rp 150.000-an, itu sudah termasuk tol, tips sopir dan tentu saja argonya. Kalo naik bis damri cuma 20ribu perak, paling tambah seribu sampai limaribu untuk pengamen, koran atau minuman. Hemat banyak bukan???

Sebenarnya tiket pulangku pake Garuda 244 jam 6.15 sore dari Cengkareng tapi aku mencoba peruntungan untuk dapat penerbangan yang lebih dulu. Huhh, meskipun aku hanya menunggu sekitar 20 menit di pangkalan damri tetapi ternyata perjalanan ke Cengkareng tidak begitu lancar, sejak berangkat sampai tol Prof. Sedyatmo jalan relatif macet. Biasanya 1 jam sudah sampai bandara tetapi yang ini sampai hampir dua jam. Baru jam 4.30-an sampai di terminal 2F pemberangkatan domestik.

Nah, dari sini peruntunganku dimulai. Niatanku untuk terbang lebih awal tambah mantap karena petugas bagian boarding menginformasikan bahwa pesawat yang akan kutumpangi akan mengalami penundaan keberangkatan (ini istilah yang biasa dipakai oleh maskapai untuk memberitahukan keterlambatan kepada para penumpang) sampai dengan jam 7.25 malam. Aku langsung diminta pindah ke penerbangan sebelumnya meskipun sudah penuh, paling-paling dicoba di waiting list (daftar tunggu). Oke, aku coba. Ternyata disana sudah ada 8 orang yang menunggu untuk tujuan Semarang dan puluhan lainnya untuk tujuan Yogyakarta dan Surabaya. Sangat crowded, persis antri tiket misbar (nek grimis bubar) di kampungku dulu ketika film Satria Bergitar di putar di alun-alun.

Ada dua orang yang aku sangat tertarik. Mereka adalah saudara kita yang baru merantau di luar negeri. Dari logat bicaranya jawa banget tapi dandanannya sangat fashioned bahkan salah satunya tampak lebih berani. Akh, tentu tidak sopan aku sebutkan ukuran dan bentuknya!!!! Pokoknya metropolislah....... sedap dipandang dan perlu!

Petugas daftar tunggu memberitahukan bahwa tiket ekonomi hanya sisa 2 seat dan aku bukan one of them, terpaksa saya harus ikut yang last flight. Sedang tidak untung, batinku. Bagaimana dengan dua saudara kita tadi? Yang saya tahu, dia sudah dipanggil tapi tiketnya bermasalah. Seterusnya saya tidak peduli lagi karena sudah capai menunggu. Kalo mereka bisa berangkat tentu aku ikut senang, karena mereka pasti ditunggu saudara-saudaranya yang sudah berjubel menunggu di taxiways di Ahmad Yani.

Penerbangan jam 7.25 sebenarnya waktu yang cukup pas. Aku bisa solat magrib dan isya terlebih dahulu. Oh ya, aku adalah pemegang GFF gold sehingga bisa akses ke lounge garuda di Cengkareng yang full facilities. Aku bisa sholat, makan sepuasnya, berselancar di internet bahkan bisa mandi. Mandi??? Hm, aku pikir kalo berangkat jam 7.25 aku tidak perlu mandi karena sampai di Semarang tidak terlalu malam.

Jam 7.25 selepas sholat isya, panggilan kepada para penumpang pesawat GA 244 belum juga terdengar. Wah gawat jangan aku tertinggal? Karena aku bukan orang penting, pasti tidak ditunggu. Bertanya ke petugas adalah solusi yang paling tepat dan hasilnya adalah............... keberangkatan pesawat ditunda sampai dengan jam 09.00 malam. Waduh, sampai Semarang pasti jam 10.30-an, pikirku. Reaksi berikutnya adalah minta handuk ke petugas pelayanan lounge. Jadilah aku mandi di lounge garuda. Yang pasti airnya hangat dengan sampo dan sabun mandi cair. Yang lebih pasti lagi, kamar mandinya bagus banget, jauh lebih bagus daripada kamar mandi di rumahku apalagi kalo dibandingkan dengan kamar mandi umum di terminal bis antar kota!!!

Tepat jam 09.00 malam, kami berangkat dan ternyata bersama saudara kita yang saya ceritakan tadi. Satu dari Boja dan satu dari Demak. Yang fashoined itu berasal dari Demak. Itu aku tahu setelah berlagak SKSD. He he he, lumayan bisa tahu lagi khan?

Jam 10.30 malam, aku sampai di rumah. Abi baru tidur, nungguin papa enggak pulang-pulang, kata istriku. Kugoyang-goyang tubuhnya, kucium-cium, tetap saja tertidur pulas. Pandu, si sulung, wah jangan tanya, mimpi sudah jadi jagoan game online kali!! Nora, sama saja dengan dua kakaknya. Lega rasanya bisa ketemu dengan keluarga lagi.

1 comment:

Unknown said...

Yang dari Demak biarpun fashioned dan wah ukurannya tetap bau xi xi xi ...