Lencana Facebook

Thursday, July 10, 2008

C Class GA 235

Bagi yang sering bepergian menggunakan pesawat pasti sudah sangat familiar dengan istilah itu. Bagi yang tidak pernah atau jarangpun akan menjadi sangat familiar jika menjadi sering bepergian menggunakan pesawat. Enggak percaya? Coba aja deh!

C Class menggambarkan kelas penerbangan bisnis atau executive sedangkan GA 235 adalah kode penerbangan Garuda Indonesia jurusan Semarang Jakarta yang berangkat setiap hari jam 9.20.

Lantas apa hubungannya kode itu dengan saya? Kode itu hanya untuk mengingat-ingat saja bahwa saya berangkat ke Jakarta menggunakan pesawat itu dan kelas penerbangannya diupgrade ke kelas bisnis. Saya sangat terkesan dengan pengalaman dan pelayanan sepenuh hati crew darat dan awak kabin Garuda Indonesia.

Sebenarnya saya memegang tiket ekonomi Y class (baca : yengki class), menurut cerita itu adalah tiket ekonomi termahal. Harga dasarnya (fare) 528 rb belum termasuk fuel surcharge, asuransi dan ppn. Total harga tiket kira-kira Rp 840 rb. Mahal banget ya? Salah satu keuntungan pemegang tiket ini adalah perubahan jadwal tidak dikenakan tambahan biaya.

Saya datang ke bandara Ahmad Yani kira-kira jam 8.40-an dan langsung ambil tiket boarding. Petugas yang melayani namanya Mbak Rini. Dengan ramah dia menyapa dan kemudian dengan cekatan mencatatkan namaku di komputer dan memberikan boarding pass kelas ekonomi seat 8E. Seperti yang telah saya ceritakan sebelumnya, sebagai pemegang kartu GFF Gold, saya bisa akses di executive lounge garuda. Cukup secangkir teh dan 4 macam makanan kecil sebagai pengusir rasa kantuk. Lumayan kenyang juga ya!!!!

Kira-kira 20 menit sebelum berangkat, mbak Rini mendatangiku dan berkata “Maaf pak Akhmad, boarding pass anda saya ganti dengan yang warnanya biru”. Horee!!! Boarding pass kelas executive khan warna biru sedangkan kelas ekonomi warnanya hijau. Seakan membaca pikiranku, dia dengan senyum yang selalu mengembang menerangkan karena kelas ekonomi overbooked maka saya diupgrade ke C Class.

Jadilah saya terbang ke Jakarta dengan executive class. Kelas ini memiliki kabin yang lebih lapang dan hanya 2 seat setiap rownya. Ada welcome drink berupa orange juice. Sebelum awak kabin membagikan snack dia akan memberikan handuk hangat untuk cuci tangan dan cuci muka. Putih bersih!!! Snack yang dibagikan berbeda dengan yang di kelas ekonomi. Makanan disajikan menggunakan dining set, lengkap dengan lap tangan, sendok & garpu, pisau pemotong, pembersih gigi dan gelas tentunya. Makanannya hampir sama dengan yang kelas ekonomi, yang membedakan cuma coklatnya, disini Tobleron.

Pas keluar pesawat para awak kabin akan mengucapkan terimakasih khusus dengan menyebut nama penumpang kelas bisnis. Sentuhan kecil yang sangat personal. Sangat fokus pada pelanggan.

Hari ini, dari puluhan penerbangan yang telah kulakukan menjadi terasa sangat singkat, nyaman dan nikmat!!! (Jakarta, 09 Juli 2008)

Tuesday, July 08, 2008

Menunggu Garudaku Terbang


Jakarta, Jumat, 4 Juli 2007

Hari ini aktivitasku di kantor pusat selesai. Pertemuan-pertemuan awal untuk persiapan proses due diligence dengan Mitsubishi Corporation sejak tanggal 2 Juli 2008 sudah selesai. Hari ini aku ketemu dengan Lucia dari Mitsubishi karena Furumi san dan Donny san yang biasanya ketemu ada acara lain. Dengan Lucia hanya konfirmasi angka-angka. Bukan pertemuan yang berat bukan?

Sekitar jam 2.30 aku pamitan dengan teman-teman dan langsung menuju pangkalan bus damri di blok M. Biasa .... ini salah satu cara agar uang sisa traveling bisa buat yang lain. Cara lain? Makan-makan saja dengan bos. Makan siang oke, makan malam boleh, makan pagi? Akh, ini bisa pake kupon di hotel.

Biasanya dipangkalan bus damri itu akan ada yang menawarkan taxi atau plat hitam dengan harga/argo miring, sepertiga atau setengah dari harga naik taxi. Kira-kira begini, kalo naik taxi argo resmi dari blok M, kita bisa mengeluarkan uang sebesar Rp 150.000-an, itu sudah termasuk tol, tips sopir dan tentu saja argonya. Kalo naik bis damri cuma 20ribu perak, paling tambah seribu sampai limaribu untuk pengamen, koran atau minuman. Hemat banyak bukan???

Sebenarnya tiket pulangku pake Garuda 244 jam 6.15 sore dari Cengkareng tapi aku mencoba peruntungan untuk dapat penerbangan yang lebih dulu. Huhh, meskipun aku hanya menunggu sekitar 20 menit di pangkalan damri tetapi ternyata perjalanan ke Cengkareng tidak begitu lancar, sejak berangkat sampai tol Prof. Sedyatmo jalan relatif macet. Biasanya 1 jam sudah sampai bandara tetapi yang ini sampai hampir dua jam. Baru jam 4.30-an sampai di terminal 2F pemberangkatan domestik.

Nah, dari sini peruntunganku dimulai. Niatanku untuk terbang lebih awal tambah mantap karena petugas bagian boarding menginformasikan bahwa pesawat yang akan kutumpangi akan mengalami penundaan keberangkatan (ini istilah yang biasa dipakai oleh maskapai untuk memberitahukan keterlambatan kepada para penumpang) sampai dengan jam 7.25 malam. Aku langsung diminta pindah ke penerbangan sebelumnya meskipun sudah penuh, paling-paling dicoba di waiting list (daftar tunggu). Oke, aku coba. Ternyata disana sudah ada 8 orang yang menunggu untuk tujuan Semarang dan puluhan lainnya untuk tujuan Yogyakarta dan Surabaya. Sangat crowded, persis antri tiket misbar (nek grimis bubar) di kampungku dulu ketika film Satria Bergitar di putar di alun-alun.

Ada dua orang yang aku sangat tertarik. Mereka adalah saudara kita yang baru merantau di luar negeri. Dari logat bicaranya jawa banget tapi dandanannya sangat fashioned bahkan salah satunya tampak lebih berani. Akh, tentu tidak sopan aku sebutkan ukuran dan bentuknya!!!! Pokoknya metropolislah....... sedap dipandang dan perlu!

Petugas daftar tunggu memberitahukan bahwa tiket ekonomi hanya sisa 2 seat dan aku bukan one of them, terpaksa saya harus ikut yang last flight. Sedang tidak untung, batinku. Bagaimana dengan dua saudara kita tadi? Yang saya tahu, dia sudah dipanggil tapi tiketnya bermasalah. Seterusnya saya tidak peduli lagi karena sudah capai menunggu. Kalo mereka bisa berangkat tentu aku ikut senang, karena mereka pasti ditunggu saudara-saudaranya yang sudah berjubel menunggu di taxiways di Ahmad Yani.

Penerbangan jam 7.25 sebenarnya waktu yang cukup pas. Aku bisa solat magrib dan isya terlebih dahulu. Oh ya, aku adalah pemegang GFF gold sehingga bisa akses ke lounge garuda di Cengkareng yang full facilities. Aku bisa sholat, makan sepuasnya, berselancar di internet bahkan bisa mandi. Mandi??? Hm, aku pikir kalo berangkat jam 7.25 aku tidak perlu mandi karena sampai di Semarang tidak terlalu malam.

Jam 7.25 selepas sholat isya, panggilan kepada para penumpang pesawat GA 244 belum juga terdengar. Wah gawat jangan aku tertinggal? Karena aku bukan orang penting, pasti tidak ditunggu. Bertanya ke petugas adalah solusi yang paling tepat dan hasilnya adalah............... keberangkatan pesawat ditunda sampai dengan jam 09.00 malam. Waduh, sampai Semarang pasti jam 10.30-an, pikirku. Reaksi berikutnya adalah minta handuk ke petugas pelayanan lounge. Jadilah aku mandi di lounge garuda. Yang pasti airnya hangat dengan sampo dan sabun mandi cair. Yang lebih pasti lagi, kamar mandinya bagus banget, jauh lebih bagus daripada kamar mandi di rumahku apalagi kalo dibandingkan dengan kamar mandi umum di terminal bis antar kota!!!

Tepat jam 09.00 malam, kami berangkat dan ternyata bersama saudara kita yang saya ceritakan tadi. Satu dari Boja dan satu dari Demak. Yang fashoined itu berasal dari Demak. Itu aku tahu setelah berlagak SKSD. He he he, lumayan bisa tahu lagi khan?

Jam 10.30 malam, aku sampai di rumah. Abi baru tidur, nungguin papa enggak pulang-pulang, kata istriku. Kugoyang-goyang tubuhnya, kucium-cium, tetap saja tertidur pulas. Pandu, si sulung, wah jangan tanya, mimpi sudah jadi jagoan game online kali!! Nora, sama saja dengan dua kakaknya. Lega rasanya bisa ketemu dengan keluarga lagi.